Selasa, 19 Januari 2010

Abang toet..toet..


Ada seorang bapak tua yang sejak aku kecil dia slalu berdagang di kompleks rumahku, kusebut dia abang toet toet. Meskipun dia bukan abang-abang (sebutan untuk laki dewasa di betawi ato bahasa jawanya disebut mas-mas) usianya sudah menunjukkan bahwa dia sudah tidak "abang" lagi. Toet-toet karena ia adalah penjual mainan anak-anak dan dia slalu membawa balon yang pabila ditekan berbunyi toet..toet..toet...

Waktuku usiaku masih dibawah sepuluh tahun, dan banyak sekali anak-anak di kompleks seumuranku, sehingga tidak heran klo dia sering "di serbu" anak-anak, bahkan tidak jarang kami saling berebutan mainan yang akan dibeli, aku ingat sekali waktu itu ada mainan yang sedang "in" terutama untuk anak cewe yang disebut orang - orangan yaitu sejenis replika gambar manusia pada sebidang kertas beserta pakaiannya. Mainan itu sangat digemari oleh anak perempuan, selain boneka berbie. meskipun boneka berbie lebih nyata dan indah tapi bagiku mainan orang-orangan lebih mengasyikkan, terkadang aku membuat perlengakapannya seperti bangku,tempat tidur yang terbuat dari bungkus rokok dan korek yang kurekatkan dan ku sampul dengan kertas kado. Selain menjual mainan abang toet-toet juga menjual permainan, seperti taruhan gambar yang muncul,jika benar akan mendapat hadiah mainan dan yang salah akan mendapat agar-agar. Jika aku yang memainkanya aku mengharapkan kalah agar dapat agar-agar,meskipun waktu itu aku tidak tau sebenarnya agar-agar itu terbuat dari apa, dari air mentah atau matang,tapi rasanya tetap menyegarkan dengan warna yang memikat hati.

Seiring bertambahnya usia dan aku melalang buana ke purwokerto, solo, yogyakarta dan akhirnya aku kembali ke jakarta dengan usiaku yang sudah 26 tahun, ternyata abang toet - toet itu masih berjualan. Penampilanya tidak berubah,hanya terlihat sedikit perubahan bahwa dia sudah termakan usia. Baju dan celana luyuh serta tidak beralas kaki.

Pertama kali aku melihatnya kembali, aku sangat kaget ternyata dia masih setia dengan pekerjaanya, dan yang kuherankan meskipun jaman bertambah maju barang yang dijualnya tetap sama yaitu mainan anak-anak, namun bedanya jumlahnya sedikit dan barang yang dijualnya terlihat tidak menarik,plastik penutup mainan itu penuh debu seakan menunjukkan bahwa barang yang dijualnya tidak laku - laku. Yang membuatku miris dulu terdapat 2 gendongan yang penuh mainan, sekarang 2 gendongan itu masih namun yang satu untuk tempat barang - barang rongsokan dan yang satu untuk mainan. Miris sekali ketika melihatnya mengorek-orek tong sampah.

subhanallah..terlihat bahwa ia tidak pernah putus asa untuk berusaha keras, meskipun sekarang anak-anak yang "menyerbu" nya dahulu sekarang sudah menjadi wanita dan pria dewasa dan anak-anak kecil yang ada dikompleksku sudah tidak sebanyak dulu dan sudah mempunyai mainan yang lebih canggih daripada mainan yang dijajakanya, tetapi dia setia setiap hari berkeliling berjualan disini. Seolah hatinya menujukkan adanya keyakinan bahwa Tuhan selalu memberikan berkah ditiap harinya.

1 komentar:

  1. Ada pelajaran mengapa Allah menciptakan perbedaan kaya, miskin, muda, dan kaya diantara ciptaannya, kesemuanya hanya untuk menyadarkan serta sebagai pembelajaran bahwa diantara segala keberlebihan itu ada juga keterbatasan yang menuntun kita agar mau berbagi dengan sesama (by bus)

    BalasHapus

Pengikut