Sabtu, 06 Februari 2010

Desy


Sewaktu saya kuliah dahulu saya mempunyai seorang teman, saya berkenalan denganya sewaktu acara ospek jurusan. Desy menyapa saya dengan ramah dan ternyata kami berasal dari daerah asal yang sama, dari situlah kami merasa teman satu nasib sepenanggungan, meskipun kami dari wilayah yang sama namun desy berasal dari daerah yang jauh dari kota. Selain itu yang membuat kami semakin akrab karena desy adalah temen seperjalanan apabila pulang kampus, karena kos nya tidak jauh dengan kos saya.

Desy sangat cantik dan sosok wanita yang menjunjung martabat sebagai wanita muslim. Selain itu desy sangat pintar, ia di terima di Universitas dengan jalur bibit unggul daerah.

Apapun kami selalu melakukan bersama, seperti mencari makan atau mengerjakan tugas. Setiap kali saya mengajaknya untuk membeli makan desy tidak pernah menolak untuk menemaniku namun sayangnya desy tidak pernah makan, apabila saya tanya alasanya desy selalu berujar bahwa ia masih kenyang dan terkadang mengatakan sedang puasa, semakin kagum saya dibuatnya.

Desy adalah anak pertama dari 6 bersaudara, adiknya masih kecil-kecil, Ayahnya telah tiada, Ibunya sebagai tukang jahit. Desy pun pandai menjahit, semua baju yang ia kenakan ia jahit sendiri.

Jurusan kuliah kami adalah Arsitektur, banyak tugas yang membutuhkan biaya besar, seperti untuk membeli kertas, cat warna ataupun alat menggambar. Sebenarnya uang kuliah sangat murah jika dibandingkan dengan universitas lain namun biaya selama kuliah yang terkadang memutuhkan pengeluaran cukup besar.

Ketika kami sedang mengerjakan tugas bersama desy berujar “Sepertinya kuliah ini membutuhkan waktu lama dan biaya yang cukup banyak sepertinya aku tidak akan kuat kasian ibuku”. Terkadang desy juga mengatakan bahwa ia ingin pulang karena sangat rindu dengan adik dan ibunya.

Disaat desy tidak memiliki uang untuk membeli kertas, ia meminta saya potongan kertas sisa, sedangkan cat warna ia mengumpulkan bekas pakai kakak tingkat. Namun herannya dengan keterbatasan itu nilai mata kuliahnya selalu bagus, apa yang desy gambar selalu dipuji oleh dosen dan tidak pernah mengikuti ujian ulang.

Suatu hari setelah liburan akhir semester sewaktu akan registrasi ulang, saya menunggunya di kampus untuk membayar uang kuliah bersama-sama sesuai janji kami yang akan bertemu setelah liburan. Namun desy tak juga muncul, kemudian saya menelepon kos nya untuk menanyakan apakah desy sudah kembali dari tempat asalnya, tetapi menurut teman kos nya desy belum kembali mungkin beberapa hari lagi. Akhirnya saya pun membayar duluan bersama temen-teman yang lain.

Satu minggu telah berlalu dan hari itu merupakan hari terakhir pembayaran registrasi ulang desy juga belum kembali. Satu minggu, dua minggu ia tidak muncul di kampus. Setiap hari saya mengunjungi dan menelepon kosnya untuk menanyakan apakah desy sudah kembali namun tidak ada jawaban. Menurut salah satu teman kos, kamarnya kosong, hanya sedikit barang-barang namun bajunya tak ada, sepertinya desy membawa semua pakaiannya sewaktu akan kembali kerumah untuk liburan.

Apa mungkin desy bermaksud untuk tidak melanjutkan kuliahnya, namun kenapa desy tidak memberi tahu saya sebagai teman dekatnya.

Suatu hari desy menelepon, ia mengatakan bahwa benar tidak melanjutkan kuliahnya. Desy kasian kepada ibunya dan adik-adiknya, ibu tidak kuat untuk mengirimi uang bulanan sementara adiknya masih sekolah semua. Desy memutuskan untuk bekerja disalah satu pabrik dekat rumahnya sebagai buruh pabrik dan membantu ibunya menjahit dirumah sambil mengurusi adiknya sehari-hari. Suaranya tidak menandakan bahwa desy sedang kesulitan, namun terdengar suara bahagia karena bisa bersama adik-adiknya dan ibunya disana.

Setelah itu saya bertekad untuk kuliah sungguh-sungguh, ingin tepat waktu karena beruntung orang tua saya masih mampu membiayai. Apabila saya sia-siakan kesempatan ini saya akan seperti orang yang tidak bersyukur. Padahal jauh disana ada seseorang yang harus memendam cita-citanya karena keteratasanya.

Akhirnya saya bisa lulus dengan baik, dan saya bisa melanjutkan kuliah jenjang selanjutnya dengan baik pula. Saya selalu mengenangnya karena desy lah yang membuat saya lebih bersemangat untuk kuliah dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Terimakasih desy kehidupanmu menjadi inspirasi semoga sekarang keluargamu baik-baik saja.

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. inspirasi datang dari orang terdekat kita dan dengannya ia seperti penyembuh dahaga di tengah kerontang panas menyemangati diri kita untuk lebih kuat lagi berjuang dan terus berjuang

    BalasHapus

Pengikut