Senin, 01 Februari 2010

Semangat!!!


Aku adalah anak pertama dari 3 bersaudara, ayahku seorang pegawai negeri dan ibuku sebagai ibu rumah tangga. Aku dan adikku yang pertama selisih 15 bulan dan dengan adikku yang terakhir selisih 7 tahun. Sejak kecil aku merasa paling tidak pintar diantara adik-adiku terutama adiku yang pertama, ia sangat cerdas dan pintar, terbukti dengan skor IQ nya yang sangat tinggi, sedangkan skor ku hanya setengahnya.

Waktu aku di sekolah dasar aku pernah mengeluh kepada ibuku,"bu,kenapa aku tidak pintar,dahulu ibu ngidam apa sewaktu mengandungku?" dan ibuku menjawab "apa ya nak, dulu ibu ngidam getuk waktu ngidam kamu", aku pun mengeluh "ya ibu ko ngidamnya getuk pantesan aku tidak pintar!!". Getuk adalah semacam kue yang terbuat dari ubi-ubian, makanan khas jawa, dan menurut ibu selain getuk beliau juga menyukai makanan yang terbuat dari singkong lainnya. Aku semakin menggerutu dalam hati "kenapa ibu tidak mengidam makanan seperti kepiting ataupun sejenis seafood lainya,temanku yang pintar ia mengatakan bahwa ibunya mengidam kepiting waktu mengandungnya sehingga tidak heran ia begitu pintar".

Apalagi setiap aku ujian sekolah, aku membutuhkan waktu yang ekstra untuk mempelajari pelajaran, sagat iri dibuatku terutama saat melihat adiku yang ketika ujian hanya baca sekali pelajaran sudah langsung masuk ke otak, sedangkan aku butuh 3-4 kali membaca. Pernah suatu saat adiku menangis karna tidak mau disuruh belajar, dan akhirnya dia membaca sambil menangis, dan apa yang terjadi nilai ulanganya tetap bagus, aku sangat takju dibuatnya.

Selama di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama aku termasuk golongan anak yang biasa-biasa saja, tidak terlalu pintar dan tidak terlalu bodoh, meskipun hanya sepuluh besar aku sudah sangat gembira. Namun perasaanku menjadi anak tidak pintar muncul lagi terutama ketika aku gagal masuk ke sekolah menengah atas yang sangat favorit, yang menyebabkan aku hijrah ke kota kecil jauh dari orang tuaku.

Meskipun sempat terpuruk karena jatuhnya angan-anganku dan harus terpisah dengan orang tuaku, sejak itu aku bertekad untuk lebih giat belajar. Caraku agar aku memahami pelajaran tidak seperti anak-anak yang lain, karena mengetahui keterbatasan otaku untuk menerima pelajaran, aku selalu membawa buku coret-coretan, aku menulis setiap kata yang keluar dari mulut guruku, aku ibarat seperti notulen yang tidak memikirkan sama sekali apakah penting atau tidak yang dikatakan oleh guruku. Setelah pulang sekolah akupun mencatatnya kembali ke buku yang lebih bagus apa yang kutoregkan di buku corat coret itu.

Terlebih ketika aku hendak ulangan umum, aku mempunyai kebiasaan aneh setiap ulangan tiba. Malamnya badanku tidak enak, hidungku meler dan bersin-bersin tiada henti, tanteku yang mengasuhku pun heran mengapa setiap akan ulangan aku begini, aku pun tidak tau. Aku dibawa ke dokter namun tidak sembuh juga, sampai akhirnya kebiasaanku berkurang setelah dibawa ke mantri desa meskipun tidak seratus persen menghilang, namun tetap saja mengganggu.

Akhirnya aku siasati dengan cara belajar sebelum minggu-minggu ulangan umum. Caraku pun beragam, agar aku ingat terus yang kupelajari terutama pelajaran yang perlu menghafal, aku pernah membaca dengan gaya seperti nada penyiar radio maupun penyiar berita, akupun begaya seperti guru yang sedang mengajar dikelas, semua ini kulakukan dikamar agar tidak ketahuan, malu apabila diketahui orang lain.

Terlebih lagi jika mempelajari soal yang perlu logika dan hitung-hitugan, untuk mempelajarinya aku perlu menulis soal yang ada di contoh soal dan cara jawabnya sebanyak 3 kali diulang, agar aku tau jenis soal dan bagaimana jawabnya. Dan tidak kusadari ternyata lambat laun prestasi belajarku meningkat disekolah, dan cita-citaku untuk kuliah di universitas negeri tercapai.

Sehingga akupun merasa menemukan cara yang jitu untuk mempelajari pelajaran. Meskipun caraku ini sangat membosankan dan menghabiskan waktu ekstra banyak dan tidak seperti temanku yang pintar lainnya. Cara-cara belajar seperti itu pun aku ulangi ketika aku di bangku kuliah, terutama utuh ekstra tenaga pada waktu ujian akhir kuliah. Pengalamanku terkahir adalah ketika aku ujian negara, selain bertambah pelupa aku menyadari bahwa aku juga butuh usaha ekstra keras sedikit, akhirnya dengan cara yang sama aku pun lolos di ujian negara.

Cara orang utuk belajar berbeda, tergantung kita nyaman dengan cara bagaimana, yang penting kita slalu berusaha yang terbaik yang bisa kita lakukan. Kita dilahirkan dengan kekurangan dan kelemahan yang dimiliki, namun akan lebih baik jika kita tidak berlarut - larut dalam kelemahan yang kita miliki, namun harus mempunyai semangat yang kuat untuk menyiasati kelemahan itu.

Aku mengumpamakan diriku adalah bongkahan besi yang hendak di buat menjadi pisau tajam yang sangat berbeda dengan orang lain yang sudah menjadi seperti sebuah pisau yang tajam. Namun aku bertekad untuk menjadi pisau yang tajam meskipun butuh lama untuk membuatnya.

Jangan menyerah !! slalu semangat !!

2 komentar:

  1. Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha umatnya, asalkan tetap terus berusaha maka Allah akan mengangkat derajatnya meskipun bagi lainnya itu adalah kemustahilan. Terkadang hal yang memperlemah kemampuan kita adalah slalu melihat yang lain di atas kita tnpa berpikir bahwa jalan orang tersebut berbeda dengan jalan kita. Orang tersebut melihat jalan yang dilaluinya sementara kita ketika melihat orang itu hanya tampak sisi yang lain dari orang itu sementara kita sendiri lupa untuk mengawasi tiap langkah kita hingga kita tidak berhati-hati dalam melangkah.Pada akhirnya semua yang kita perbuat harus dengan niat serta tujuan berusaha dan terus berusaha serta memperbaiki kekurangan, menyemangati diri dan slalu berdoa menjadi kunci dalam menjalani hidup.

    BalasHapus
  2. Semangat terus mpok.. Aye jg sama mpok sering ngerasa aye cuma 'manusia biasa' yg hampir ga tau apa kelebihanku? Beneran.. Aku ngerasa biasa bgt, tp Alhamdulillah Allah maha mengetahui setiap usaha umatNya dan yg pasti maha pengasih dan penyayang :)

    BalasHapus

Pengikut