Selasa, 02 Februari 2010

Peri Kecilku


Telah lama aku tak menjenguknya, telah lama pula aku tak mengetahui kabarnya. Hampir 3 tahun yang lalu ku mengenalnya dan aku pun mulai menyayanginya. Mereka hanya peri kecil, mereka berumur dibawah lima tahun, mungkin mereka tak tahu aku dan mungkin mereka tak mengenalku jika suatu saat kami bertemu.

Ku jumpai mereka di salah satu penitipan anak balita di kota Solo. Waktu itu aku sedang bingung, hendak apa yang ingin ku perbuat agar hidupku berarti. Ku cari dan ku tanya kesana kemari akhirnya aku menemukan tempat itu. Mereka menyambutku ketika aku membuka pagar, dengan berbagai macam polah, ada yang berlari mendekatiku, adapula yang sambil berjalan tatih karena baru bisa berjalan dan adapula yang asik bermain.

Namun ada salah satu peri yang berbeda dengan yang lainya, ia sungguh kecil dibanding seumuranya yang sudah 3 tahun, gigi nya biru, matanya seperti mengelupas, kulitnya tidak segar, namun ia adalah pelari yang tercepat. Selain itu yang kusuka ia murah senyum, peri ini bernama "rizki".

Pengasuh itupun menceritakan bahwa rizki diserahkan ibunya di tempat ini, ibunya meninggalkanya karena masih kuliah, ia tidak mau ketahuan orang tuanya jika ia mengandung sewaktu kuliah. Giginya yang biru, kulitnya yang tidak segar dan terhambatnya pertumbuhanya adalaha karena selama mengandung, ibu itu berusaha untuk janin itu tidak berkembang sehingga ia meminum berbagai macam obat peluntur janin.

Selain itu adapula peri yang lucu, ia bernama dito. Ia berumur 9 bulan, sedang belajar jalan, mata nya bulat, kulitnya segar dan lincah. Ia hanya dititipkan disana karena orang tuanya adalah keluarga yang sangat miskin, untuk makan sehari-hari saja sulit apalagi untuk membeli susu. Setelah bebeapa bulan dititipkan disini ia semakin sehat karena sewaktu dititipkan dahulu peri ini sungguh terlihat tidak mendapat gizi selama dalam kandungan.

Adaperi yang usianya hampir 6 tahun bernama mutia, seharusnya ia sudah dipindahkan di panti asuhan bukan di penitipan anak dan balita lagi. Tetapi ia tidak mau pindah dan masih ingin disana, apabila didekati ia menjadi gadis yang pemarah, menurut cerita ia dulu tidak begitu ia ramah namun karena selama 5 tahun disana tidak ada juga yang mengadopsi atau menjemputnya ia sedih dan kecewa. Sebenarnya ada peraturan disana, orang tua yang meninggalkanya tanpa adanya perjanjian sudah dianggap tidak akan mengambilnya kembali. Tetapi jika mereka hanya berniat menitipkanya dan beberapa tahun kemudian berjanji mengambilnya, peri-peri itu tidak akan diserahkan kepada yang mengadopsi. Namun tidak jarang orang tua yang berjanji namun tidak jua mengambilnya.

Yang paling ku ingat adalah peter, ia selalu menjahili peri-peri yang lain terutama rizki. Kenakalanya adalah bentuk dari sikapnya yang ingin selalu diperhatikan, ia dititipkan oleh keluarganya untuk sementara waktu, ayah dan ibunya belum menceritakan jati diri peter sesungguhnya karena lagi-lagi peter adalah salah satu yang lahir tidak diinginkan. Keluarga orang tua peter sungguh kaya, ia slalu membawa barang-barang yang bagus setiap menjenguknya dan terkadang merayakan ulang tahun disana.

Selain itu adapula peri-peri yang lain yang baru dilahirkan, mereka masih merah, akupun mendengar lagi bahwa mereka adalah anak dari orang tua yang berada, orang tua mereka kebanyakan adalah mahasiswa di universitas terkenal, adapula yang penyiar radio.

Begitu seringnya aku disana, hingga sempat ketika aku menggendong salah satu peri yang masih berumur 7 bulan aku dikira adalah ibunya. Aku menerangkan aku hanya ingin berkunjung bersama teman-temanku untuk mengisi waktu luangku bersama teman2ku, untuk sekedar membantu memandikan ataupun menyuapi mereka, aku sudah senang. Terlebih jika menggendong sampai tertidur.

Beberapa bulan berlalu dan aku harus meninggalkan kota itu, hingga suatu waktu aku mendengar kabar dari mereka bahwa dito,peter dan peri yang lain sudah diambil oleh keluarganya dan adapula yang sudah diadopsi. Namun masih ada rizki ia belum dijemput orang tuanya ataupun mengadopsinya, mungkin karena ia tidak semenarik peri yang lainya, mungkin ia akan seperti mutia.

Ada perasaan sedih dan senang ketika ku mendengar kabar itu, disatu sisi bahagia akhirnya peri-peri itu menemukan "orang tuanya" namun adapula yang "berganti" orang tua, ia harus bersabar sampai nanti ada yang ingin menjadi "orang tuanya".

Aku bersyukur masih punya orang tua, ternyata sangat beruntung mereka tidak menitipkanya kepada siapapun dan dimanapun.

Dan aku berdoa semoga peri-peri itu tumbuh menjadi manusia yang sehat dan berguna bagi nusa dan bangsa siapapun "orang tua" mereka.

1 komentar:

  1. Anak-anak adalah malaikat kecil atau peri yang ketika lahir ke dunia hati serta perasaan mereka masih suci layaknya kertas yang putih bersih, mereka laiknya kunang-kunang yang berkerlap kerlip di malam yang gelap gulita. Banyak yang suka dengan cahayanya itu sedangkan gelapnya malam adalah adalah perumpamaan dari manusia di tengah para peri kecil itu. Mereka (orang2 itu)telah tercemar oleh saripati dunia sehingga cahaya itu pun tak nampak pada mereka lagi. Walau kehadiran mereka ke dunia adalah sebuah kesalahan namun peri kecil adalah mahluk suci laiknya kunang2 akan menbuat terang dunia serta mewarnai dunia. Tersenyumlah peri kecil...

    BalasHapus

Pengikut